Selasa, 14 April 2009

Contreng Bangsa Indonesia

Masa "Caleg Contreng Show" sudah usai. Kini mereka kembali ke kehidupan normal masing-masing. Namun ada caleg yang tidak bisa hadapi kenyataan seiiring hasil penghitungan suara mereka yang luput dari harapan.

Jika kita ikuti pemberitaan di berbagai media massa sampai hari ini, beberapa orang mulai tidak kuat mentalnya menanggung kerugian materiil pasca contreng. Harta yang mereka miliki, lenyap sudah untuk membiayai kampanye mereka. Belum lagi mereka yang pinjam dana untuk kampanye, sekarang mereka dibayangi tagihan para debt collector. Sampai ada yang mengalami gangguan jiwa/stress, kena stroke, jantung...bahkan ironisnya ada caleg perempuan yang bunuh diri.

Ada beberapa caleg yang sampai meminta kembali barang/modal yang mereka sumbangkan sebelumnya untuk warga, hanya karena warga tidak mencontreng para caleg tersebut.
Jaman sekarang siapa seh yang tidak mau diberi barang/modal gratis ??? Meskipun diawal pemberian disampaikan pesan contreng yang dimaksud.

Bukan salah warga masyarakat yang menerima pemberian caleg tersebut, para caleg-lah yang kurang memahami hati nurani masyarakat. Sebagai bukti, warga masyarakat mencontreng sesuai pilihan nuraninya. Sehingga banyak prediksi caleg yang meleset dari kalkulasi perhitungan suara yang diperoleh.

Diantara mereka mencalonkan diri jadi caleg hanya karena membayangkan betapa enaknya menjadi anggota dewan, namun tidak mempunyai kemampuan (hanya bermodalkan dana kampanye saja). Bekerja di kantor dewan yang megah, ber-ac, dapat fasilitas berbagai macam, mobil dinas dll.
Nampaknya, ada kesan di mata masyrakat sekarang ini....jadi caleg bukan karena panggilan untuk mengabdi pada bangsa & negara, namun karena tuntutan hidup. Yah karena pekerjaan caleg itu enak. Begitu pemikiran mereka.

Tanggal 9 April lalu adalah filter buat mereka yang tidak mumpuni jadi caleg akan tersortir. Meski tidak semuanya bisa difilter secara baik (artinya yang mumpuni pun bisa kalah pemilu oleh mereka yang punya dana kuat) Tapi setidaknya, bangsa ini akan mendapat pilihan terbaik dari orang-orang yang ada.

Melihat motivasi caleg tersebut, mungkin sebaiknya perlu dipikirkan kembali bagaimana negara ini mengakomodasi mereka-mereka yang minat jadi caleg. Menjadi anggota dewan = pekerjaan ??? Perlukah dibuat lowongan pekerjaan setiap kali menjelang pemilu???
Sebagai contoh iklan lowongannya : Dicari beberapa anggota dewan, syarat pendidikan S1, usia min.35thn, pria/wanita dll.

Dan jika lolos wawancara, dibuat surat kontrak kerja (1 tahun atau lebih). Dan jika sukses, maka dibuat surat pengangkatan anggota dewan tetap. Negara ini dikelola dan dijalankan seperti perusahaan besar, yang berprestasi diberi reward dan yang tidak berprestasi dipulangkan saja.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada anggota dewan yang mulia, perlu kiranya kita semua sebagai WNI yang cinta bangsa dan tanah air......marilah kita renungkan & introspeksi diri kita : Layakkah kita ada di kursi dewan ?


Salam bangsa dari anak negeri.